Kota suci Makkah, Arab Saudi, bakal memiliki jam terbesar di dunia. Jam ini diharapkan menjadi panduan waktu bagi 1,5 miliar umat Islam di seluruh dunia, ditopang oleh menara paling tinggi kedua di dunia setelah Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab. Pemerintah Saudi berharap jam raksasa yang memiliki empat sisi itu bakal terlihat dari seluruh penjuru Masjidilharam.
Jam raksasa itu juga diharapkan bakal menjadi standar waktu alternatif selain Greenwich Mean Time (GMT). Menurut kantor berita Arab Saudi, SPA, jam raksasa itu akan diujicobakan pada pekan pertama Ramadan atau 12 Agustus (hari ini). Jam yang terdiri atas empat sisi itu masing-masing berdiamater 41 meter dan terbuat dari keramik yang dibuat dengan teknologi tinggi.
Jam raksasa ini mengalahkan jam raksasa di Mall Cevahir Istanbul yang berdiameter 36 meter, dipasang di atap kompleks perbelanjaan. Hanya satu dari empat sisi jam yang sejauh ini telah selesai dan ditutup dengan 98 juta lembar kaca mozaik. Beberapa bagiannya dilapisi emas yang berada pada posisi sekira 400 meter dari Masjidilharam. Jam raksasa itu dipasang pada ketinggian 601 meter.
Gedung itu mengalahkan Menara Taipei 101 yang berketinggian 509 meter, tapi masih di bawah Burj Khalifa, pencakar langit di Dubai dengan ketinggian 828 meter. Hingga kini sekira 250 pekerja masih membenahi bingkai jam tersebut. Jam ini lebih besar enam kali diameternya dibandingkan jam Big Ben di London, Inggris. Masing-masing jam itu juga dilengkapi kata Arab bertuliskan “Allah Maha Besar” dengan huruf raksasa yang terletak di atas jam dan akan dihiasi dua juta lampu warna-warni.
Tak kurang dari 21.000 lampu berwarna putih dan hijau dipasang di atas jam tersebut.Cahaya lampu itu bakal terlihat hingga 30 km untuk mengirimkan sinyal waktu salat lima waktu.“Semua sangat tertarik melihat jam itu, meski informasi mengenainya dan mekanismenya terbilang kurang,” ujar penduduk Makkah, Hani Al-Wajeeh. “Kami penduduk Makkah berharap itu bakal menjadi pusat zona waktu dunia, bukan hanya sebuah jam yang dapat dilihat dan ditunjukkan,” katanya.
Kini jam tersebut bisa dilihat jelas dengan hiasan pedang yang bersilang dan pohon palem sebagai simbol negara Saudi. Menurut Mohammed al-Arkubi, manajer the Royal Mecca Clock Tower Hotel, gedung yang berada di bawah jam raksasa itu, pemasangan jam ditenderkan kepada sebuah perusahaan dari Jerman.“Ini merupakan megaproyek,” katanya.
Jam raksasa yang menunjukkan waktu Mekkah itu merefleksikan salah satu tujuan umat Islam yang ingin menggantikan standar waktu universal yang telah berusia 126 tahun atau dikenal dengan GMT. Pada konferensi di Doha, 2008, para ulama dan ilmuwan itu mengungkapkan bahwa Makkah merupakan pusat dunia dan Greenwich diberlakukan oleh bangsa dari negara-negara Barat pada 1884. Menurut ulama ternama asal Mesir, Yusuf al-Qardawi, Makkah merupakan garis bujur utama karena sangat sejajar dengan Kutub Utara.
Klaim Makkah sebagai zona magnet nol juga didukung ilmuwan Arab seperti Abdel-Baset al-Sayyed dari Pusat Penelitian Mesir. “Kenapa jika seseorang bepergian ke Makkah dan tinggal di sana, dia tinggal lebih lama, maka akan lebih sehat dan sedikit terkena gravitasi bumi,” ujarnya. Kompleks Abraj Al-Bait yang menopang jam raksasa itu berada di jalanan dari pintu selatan Masjidilharam, masjid suci umat Islam. Kompleks itu terdiri atas enam gedung yang memiliki 42 hingga 48 lantai.
Kompleks tersebut memiliki 3.000 kamar hotel dan apartemen, ditambah lima gedung pusat perbelanjaan serta 1,5 juta meter persegi untuk lobi. Arsitek dan perusahaan konstruksi yang membangun gedung tersebut sama dengan yang mendesain terminal tiga bandara internasional di Dubai. Kompleks ini memiliki tiga hotel papan atas, yakni the Fairmont, Raffles, dan Swiss Hotel.
Di sini juga terdapat apartemen mewah, sebagian besar didesain agar mampu melihat langsung Masjidilharam. Kompleks menara ini dibangun oleh pengembang Bin Laden Group. Proyek itu merupakan bagian dari rencana Pemerintah Saudi untuk mengembangkan Makkah agar mampu menampung 10 juta jamaah haji tiap tahunnya. Saat ini Makkah hanya mampu menampung 3 juta jamaah haji.
Pada musim haji, menurut arsitek Dar Al-Handasah, kompleks tersebut mampu menampung 65.000 jamaah haji. Nantinya akan disediakan elevator bagi pengunjung yang ingin melihat balkon jam tersebut. Kemudian ada juga observatorium astronomi dan museum Islam.
Menurut Kementerian Agama Saudi, keseluruhan proyek jam raksasa menelan biaya USD800 juta. “Pembangunan jam terbesar di dunia itu berada di zona paling suci di dunia, impian umat Islam yang terwujud,” ujar Atif Felmban, penduduk Makkah.
Jam raksasa itu juga diharapkan bakal menjadi standar waktu alternatif selain Greenwich Mean Time (GMT). Menurut kantor berita Arab Saudi, SPA, jam raksasa itu akan diujicobakan pada pekan pertama Ramadan atau 12 Agustus (hari ini). Jam yang terdiri atas empat sisi itu masing-masing berdiamater 41 meter dan terbuat dari keramik yang dibuat dengan teknologi tinggi.
Jam raksasa ini mengalahkan jam raksasa di Mall Cevahir Istanbul yang berdiameter 36 meter, dipasang di atap kompleks perbelanjaan. Hanya satu dari empat sisi jam yang sejauh ini telah selesai dan ditutup dengan 98 juta lembar kaca mozaik. Beberapa bagiannya dilapisi emas yang berada pada posisi sekira 400 meter dari Masjidilharam. Jam raksasa itu dipasang pada ketinggian 601 meter.
Gedung itu mengalahkan Menara Taipei 101 yang berketinggian 509 meter, tapi masih di bawah Burj Khalifa, pencakar langit di Dubai dengan ketinggian 828 meter. Hingga kini sekira 250 pekerja masih membenahi bingkai jam tersebut. Jam ini lebih besar enam kali diameternya dibandingkan jam Big Ben di London, Inggris. Masing-masing jam itu juga dilengkapi kata Arab bertuliskan “Allah Maha Besar” dengan huruf raksasa yang terletak di atas jam dan akan dihiasi dua juta lampu warna-warni.
Tak kurang dari 21.000 lampu berwarna putih dan hijau dipasang di atas jam tersebut.Cahaya lampu itu bakal terlihat hingga 30 km untuk mengirimkan sinyal waktu salat lima waktu.“Semua sangat tertarik melihat jam itu, meski informasi mengenainya dan mekanismenya terbilang kurang,” ujar penduduk Makkah, Hani Al-Wajeeh. “Kami penduduk Makkah berharap itu bakal menjadi pusat zona waktu dunia, bukan hanya sebuah jam yang dapat dilihat dan ditunjukkan,” katanya.
Kini jam tersebut bisa dilihat jelas dengan hiasan pedang yang bersilang dan pohon palem sebagai simbol negara Saudi. Menurut Mohammed al-Arkubi, manajer the Royal Mecca Clock Tower Hotel, gedung yang berada di bawah jam raksasa itu, pemasangan jam ditenderkan kepada sebuah perusahaan dari Jerman.“Ini merupakan megaproyek,” katanya.
Jam raksasa yang menunjukkan waktu Mekkah itu merefleksikan salah satu tujuan umat Islam yang ingin menggantikan standar waktu universal yang telah berusia 126 tahun atau dikenal dengan GMT. Pada konferensi di Doha, 2008, para ulama dan ilmuwan itu mengungkapkan bahwa Makkah merupakan pusat dunia dan Greenwich diberlakukan oleh bangsa dari negara-negara Barat pada 1884. Menurut ulama ternama asal Mesir, Yusuf al-Qardawi, Makkah merupakan garis bujur utama karena sangat sejajar dengan Kutub Utara.
Klaim Makkah sebagai zona magnet nol juga didukung ilmuwan Arab seperti Abdel-Baset al-Sayyed dari Pusat Penelitian Mesir. “Kenapa jika seseorang bepergian ke Makkah dan tinggal di sana, dia tinggal lebih lama, maka akan lebih sehat dan sedikit terkena gravitasi bumi,” ujarnya. Kompleks Abraj Al-Bait yang menopang jam raksasa itu berada di jalanan dari pintu selatan Masjidilharam, masjid suci umat Islam. Kompleks itu terdiri atas enam gedung yang memiliki 42 hingga 48 lantai.
Kompleks tersebut memiliki 3.000 kamar hotel dan apartemen, ditambah lima gedung pusat perbelanjaan serta 1,5 juta meter persegi untuk lobi. Arsitek dan perusahaan konstruksi yang membangun gedung tersebut sama dengan yang mendesain terminal tiga bandara internasional di Dubai. Kompleks ini memiliki tiga hotel papan atas, yakni the Fairmont, Raffles, dan Swiss Hotel.
Di sini juga terdapat apartemen mewah, sebagian besar didesain agar mampu melihat langsung Masjidilharam. Kompleks menara ini dibangun oleh pengembang Bin Laden Group. Proyek itu merupakan bagian dari rencana Pemerintah Saudi untuk mengembangkan Makkah agar mampu menampung 10 juta jamaah haji tiap tahunnya. Saat ini Makkah hanya mampu menampung 3 juta jamaah haji.
Pada musim haji, menurut arsitek Dar Al-Handasah, kompleks tersebut mampu menampung 65.000 jamaah haji. Nantinya akan disediakan elevator bagi pengunjung yang ingin melihat balkon jam tersebut. Kemudian ada juga observatorium astronomi dan museum Islam.
Menurut Kementerian Agama Saudi, keseluruhan proyek jam raksasa menelan biaya USD800 juta. “Pembangunan jam terbesar di dunia itu berada di zona paling suci di dunia, impian umat Islam yang terwujud,” ujar Atif Felmban, penduduk Makkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar