Kamis, 08 Juli 2010

Wanita Berbaju Merah Turun dari Langit

Warga Desa Sukatani, Kecamatan Tanjunglago, Banyuasin, Rabu (7/7/2010) tengah malam, gempar. Sesosok perempuan berambut panjang dengan pakaian serba merah turun dari langit dengan mengeluarkan cahaya merah.

Warga yang melihat kejadian aneh itu langsung merekam dengan ponsel dan sebagian lagi mencari tempat jatuhnya benda tersebut. Setelah ditelusuri ternyata cahaya tadi berhenti di Dermaga Batu Bara Lambung Karang Sakti, Jalur 19. Di atas jembatan itu ternyata ada sesosok perempuan berambut panjang dengan pakaian serba merah menyala.

Sugeng, satpam Dermaga Batubara Lambung Karang Sakti, mengatakan, saat ia bersama warga tengah berjaga malam di sekitar dermaga, tiba-tiba secara mengejutkan ada cahaya merah melengkung yang menerangi malam di kawasan itu. Setelah dilihat, ternyata cahaya itu berasal dari arah langit yang membentuk seperti lengkungan pelangi, tetapi hanya satu warna, yakni merah menyala.

“Kami sempat terkejut dengan benda aneh itu. Awalnya kami kira benda angkasa yang jatuh,” katanya, Rabu.

Setelah ditelusuri, Sugeng menjelaskan bahwa benda yang jatuh itu ternyata adalah perempuan berambut panjang dan bercahaya merah. Wanita itu sedang duduk di atas dermaga, di samping pohon pedado.

“Kami tidak berani dekat karena takutnya hantu yang gentayangan,” katanya.

Menurut Sugeng, kejadian itu berlangsung cukup lama sekitar empat jam lebih, dan sosok perempuan itu baru menghilang menjelang subuh.

Sugeng Dwi Antoni, anggota DPRD Banyuasin, mengakui adanya fenomena aneh tersebut. “Semalam warga sempat geger dengan adanya sesosok perempuan yang turun dari langit tersebut,” katanya.

Menurut Politisi PDI-P ini, warga yang penasaran tampak berbondong-bondong melihat kejadian aneh itu.

“Kejadian seperti ini tidak pernah terjadi sehingga setelah warga dapat informasi ada perempuan yang turun dari langit, mereka penasaran ingin melihat itu,” katanya.

Rabu, 07 Juli 2010

Luar Biasa, Bertapa 70 tahun Tidak makan Tidak Minum

Seorang pertapa berusia 82 tahun di India mengaku tidak makan dan minum selama 70 tahun. Pengakuan yang terdengar mustahil itu mengundang penasaran para ilmuwan setempat dengan memeriksa dia di sebuah rumah sakit di Kota Amhedabad, negara bagian Gujarat.

Menurut laman harian The Telegraph, Rabu 28 April 2010, pertapa itu bernama Prahlad Jani. Para ilmuwan dari Institut Pengembangan Penelitian Pertahanan India akan membuktikan apakah pengakuan kakek itu benar atau hanya khayalan.

Dokter neurologi, Sudhir Shah, menganggap peristiwa tersebut luar biasa. “Seseorang bisa hidup tanpa makanan dan air selama tiga, empat, tujuh, hingga 12 hari, dan kami juga pernah melakukan studi terhadap kegiatan berpuasa di masa lalu di mana orang berpuasa selama 16 atau 30 hari, tetapi mereka minum air setelah delapan hari, dan tentu saja mereka juga mengeluarkan urin,” kata Shah seperti dikutip Telegraph.

“Namun fenomena yang terjadi pada Jani sangat unik,” lanjut Shah.

Jani diobservasi di rumah sakit selama 15 hari dan akan menjalani serangkaian tes. Dr.G.Ilavazhagan dari Institut Pengembangan Penelitian Pertahanan mengatakan, peristiwa ini mungkin bisa membantu menemukan strategi bertahan hidup tanpa makanan dan air saat berada dalam situasi di mana tidak ada makanan dan air.

“Sebagai contoh, saat terjadi bencana alam, orang menghadapi situasi tanpa bahan pangan dan air. Prajurit-prajurit kami juga bisa saja menghadapi situasi tersebut saat mereka tersesat di gurun pasir atau di hutan, atau di tempat-tempat dengan ketinggian tertentu,” lanjutnya.

Sejumlah tes pada otak, pertapa berambut dan berjenggot putih tersebut menunjukkan kemiripan dengan seseorang berusia 25 tahun. Jani juga mengaku memiliki sebuah lubang di langit-langit mulut dan sepanjang kepala di mana setetes atau dua tetes madu bunga masuk, dan membantunya bertahan hidup.

Tes awal menunjukkan bahwa tubuh Jani telah mengalami transformasi biologis karena melakukan yoga. Dokter juga mengatakan tidak ada tanda-tanda kelelahan atau masalah kesehatan lain pada Jani. Bahkan Jani memilih naik tangga dibanding menggunakan lift.

Tidak banyak yang diketahui mengenai keluarga Jani sejak dia meninggalkan rumah pada usia tujuh tahun dan berkelana di hutan-hutan di India